PALU–Sudah hampir dua bulan terakhir, Hamid (42) dan kakak iparnya, Aba (51), hadir mengisi hangar-bingar kehidupan di tambang emas Kelurahan Poboya. Keahliannya sebagai tukang besi, menerbangkan pria beranak tiga ini dari daerah asalnya, Kecamatan, Telaga Kabupaten Gorontalo, untuk mengadu nasib bersama kawanuanya (kerabat) yang lain dari kawasan utara pulau Sulawesi.
Bermodalkan palu, gergaji besi, kikir, alat pemanas manual dan sebuah loyang karet, pria tambun ini melewati hari-harunya dengan penuh semangat, di antara deretan tenda yang berjajar di kawasan tambang.
Pagi ini, Minggu (01/11), Hamid telah menyelesaikan enam mata Betel (pahat beton/batu) yang sudah dipesan para penambang sehari sebelumnya. Belum sempat Hamid membasuh keringat yang bercucuran dari wajahnya, sudah ada lagi penambang yang datang memesan betel.
“Kalau sehari, saya bisa selesaikan 15 sampai 20 mata,” kata Hamid kepada Media Alkhairaat, usai menumbuk tiga mata betel pesanan.
Kalau Hamid bekerja khusus untuk memukul besi, maka Aba membantu memutar sebuah pelek, yang berfungsi sebagai kipas peniup bara, untuk memanaskan besi. Sambil memutar pelek, Aba terlihat mantap mengisap sebatang kretek dan menikmati segelas kopi hangat.
Untuk satu mata betel buatan Hamid, para penambang menghargai 20 ribu. Sedangkan untuk menyepu atau menajamkan mata betel, Hamid memasang harga 10 ribu.
Dua minggu sekali, Hamid memesan arang tempurung dari kampungnya. Kata dia, untuk satu koli (karung), ia dibebani 60 ribu, sudah termasuk ongkos kirim.
“Kalau dihitung-hitung, ada lah untuk disimpan. Sehari rata-rata 200 ribu. Itu sudah dipotong uang makan,” tambahnya.
Di tambang Poboya, ada tiga rekan Hamid yang berprofesi sama dengannya. Meski begitu, Hamid tetap melihat itu bukanlah sebuah persaingan ketat. Sebab, jika dibandingkan dengan kebutuhan penambang, setiap dua jam, para penambang harus menyepu betelnya. Sementara di tambang Poboya, ada ribuan penambang yang setiap harinya berjibaku di bukit tandus itu.
Sebagai tukang besi, bukan hanya kali ini Hamid menghabiskan waktu meraih rupiah di lokasi tambang. Kata dia, untuk beberapa lokasi tambang di Sulawesi Utara, sudah dirambahnya.
“Ya namanya tambang, pasti juga akan habis masanya. Jadi kita, kalau ada yang baru, pindah lagi,” katanya. (Sahril)
Keciprat Kilau Emas Poboya
Written By riluation on Selasa, 17 November 2009 | 07.05
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar