PALU- Jaringan Film Independen (Jalin) Sulawesi Tengah (Sulteng) menggelar malam refleksi perfileman di Sulteng dari masa ke masa. Acara yang berlangsung sederhana di sekretariat Jalin, Jalan Mohammad Yamin Palu Timur tersebut dihadiri puluhan tamu undangan yang kebanyakan dari kalangan remaja penikmat dan pembuat film di Kota Palu.
Dalam kesempatan itu, panitia memutar sejumlah film indie yang diproduksi oleh pegiat film di Kota Palu mulai tahun 2002 hingga 2011 ini.
Ketua Jalin Sulteng, David Lamanyuki, kepada media ini Rabu (30/3) di sela acara mengatakan, sejumlah film tersebut adalah film yang pernah menang di ajang nasional, dan film indie yang paling pertama diproduksi di Palu.
“Nanti ada ‘Telunjuk Tak Berjiwa’, ini film indie pertama yang diproduksi tahun 2002. Selain itu ada film ‘si Fulan’, yang menyabet juaran 3 pada event Islam Movies Day yang digelar bulan lalu di Jakarta oleh mahasiswa UI. Ada juga film ‘Serupa Tapi Tak Sama’ yang meraih juara favorite di ajang festival film internasional di Jakarta akhir tahun lalu,” jelasnya.
Menurut David, dalam 3 tahun terakhir minat generasi muda di Palu untuk memproduksi film semakin meningkat. Sebab dalam dua kali event eksebisi film yang mereka lakukan pesertanya meningkat. Pada tahun 2009 kata dia, ada 12 judul film yang mengikuti event, sedangkan pada 2010 jumlahnya meningkat menjadi 16 judul.
Ia berharap, kedepan semua pihak bisa melirik ini sebagai potensi yang bisa dikembangkan. Sebab selama ini kata dia, pihaknya telah melakukan sosialisasi dan training tentang film pendek dan film dokumenter di sekolah, khususnya di level SMU di Kota Palu.
Pada akhir tahun nanti kata David, pihaknya akan menggelar ‘Palu Film Festival’, yang akan menghadirkan para film maker dari luar Palu. Harapannya, kegiatan itu bisa memberi ruang bagi para pegiat film di Kota Palu untuk maju dan terus berkarya.
Ia sadar, untuk meningkatkan minat bukan hanya mengampanyekan bagaimana film dibuat dan sebagai ruang kampanye atau promosi daerah, atau hanya untuk merealisasikan ide dari para sutradara. Tapi kata dia, perlu adanya event yang secara rutin dilaksanakan untuk mendorong minat.
Ia juga mengaku prihatin atas perhatian pemerintah dana pihak yang berwenang untuk melakukan pembimbingan atas kegiatan semacam itu. Makanya kata David, pihaknya hanya melaksanakan kegiatan itu secara sederhana di halaman sekretariat.
“Kalu di Jakarta, kegiatan ini dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Tapi entahlah, disini tidak demikian,” katanya. Setiap tahunnya kata dia, peringatan hari perfileman nasional dilaksanakan setiap tanggal 30 Maret. (Sahril)
Dalam kesempatan itu, panitia memutar sejumlah film indie yang diproduksi oleh pegiat film di Kota Palu mulai tahun 2002 hingga 2011 ini.
Ketua Jalin Sulteng, David Lamanyuki, kepada media ini Rabu (30/3) di sela acara mengatakan, sejumlah film tersebut adalah film yang pernah menang di ajang nasional, dan film indie yang paling pertama diproduksi di Palu.
“Nanti ada ‘Telunjuk Tak Berjiwa’, ini film indie pertama yang diproduksi tahun 2002. Selain itu ada film ‘si Fulan’, yang menyabet juaran 3 pada event Islam Movies Day yang digelar bulan lalu di Jakarta oleh mahasiswa UI. Ada juga film ‘Serupa Tapi Tak Sama’ yang meraih juara favorite di ajang festival film internasional di Jakarta akhir tahun lalu,” jelasnya.
Menurut David, dalam 3 tahun terakhir minat generasi muda di Palu untuk memproduksi film semakin meningkat. Sebab dalam dua kali event eksebisi film yang mereka lakukan pesertanya meningkat. Pada tahun 2009 kata dia, ada 12 judul film yang mengikuti event, sedangkan pada 2010 jumlahnya meningkat menjadi 16 judul.
Ia berharap, kedepan semua pihak bisa melirik ini sebagai potensi yang bisa dikembangkan. Sebab selama ini kata dia, pihaknya telah melakukan sosialisasi dan training tentang film pendek dan film dokumenter di sekolah, khususnya di level SMU di Kota Palu.
Pada akhir tahun nanti kata David, pihaknya akan menggelar ‘Palu Film Festival’, yang akan menghadirkan para film maker dari luar Palu. Harapannya, kegiatan itu bisa memberi ruang bagi para pegiat film di Kota Palu untuk maju dan terus berkarya.
Ia sadar, untuk meningkatkan minat bukan hanya mengampanyekan bagaimana film dibuat dan sebagai ruang kampanye atau promosi daerah, atau hanya untuk merealisasikan ide dari para sutradara. Tapi kata dia, perlu adanya event yang secara rutin dilaksanakan untuk mendorong minat.
Ia juga mengaku prihatin atas perhatian pemerintah dana pihak yang berwenang untuk melakukan pembimbingan atas kegiatan semacam itu. Makanya kata David, pihaknya hanya melaksanakan kegiatan itu secara sederhana di halaman sekretariat.
“Kalu di Jakarta, kegiatan ini dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Tapi entahlah, disini tidak demikian,” katanya. Setiap tahunnya kata dia, peringatan hari perfileman nasional dilaksanakan setiap tanggal 30 Maret. (Sahril)
0 komentar:
Posting Komentar