Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Penggunaan Sabut Kelapa Untuk Bahan Pengawet Alami Dan Briket

Written By riluation on Minggu, 21 September 2008 | 11.30

Penggunaan Sabut Kelapa
Untuk Bahan Pengawet Alami Dan Briket

Kalau beberapa tahun kemarin berbagai media di tingkat nasional maupun lokal di negeri ini sibuk memberitakan krisis minyak tanah dan bahaya bahan pengawet yang dipakai pada bahan-bahan makanan yang diawetkan. Maka kali ini masyaraat kita khususnya di Sulawesi tengah dapat sedikit legah dengan hal tersebut menyusul ditemukanya cara dan bahan untuk membuat bahan pengawet.
Adalah Dr. Mappiratu, salah seorang dari beberapa dosen Universitas Tadulako (UNTAD) yang memilih kesibukan sebagai peneliti disampung tusas pokoknya sebagai tenaga pengajar.
Untuk tahun ini, penelitiannya terinspirasi dari fenomena yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia terkait krisis energi dan penggunaan Bahan Pengawet pada makanan. Ia mencoba melihat hasil alam yang banyak di daerah kita yakni kelapa, secara lebih detail sehingga menfaatnya menjadi bertambah dari yang selama ini kita.
Penelitan yang bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA) Provinsi Sulawesi Tengah ini akan di laksanakan pada satu bulan kedepan. “mengenai pembiayaannya sementara dalam proses, insya Allah bulan agustus ini Balitbangda akan menyediakan semua peralatannya, kalu sudah ada, saya akan melaksanakannya” ungkap Mappiratu saat ditemui Media Alkhaeraat pekan lalu (9/8).
Jika saat ini kita mengenal sabut kelapa hanya di gunakan untuk bahan kayu api dan bahan baku kerajinan, maka melalui tangan terampil Mappiratu, sabut kelapa dapat digunakan menjadi briket yang dapat menggantikan minyak tanah. sementara asap dari hasil pembakarannya dapat dijadikan bahan pengawet.
“Penggunaan Sabut Kepala untuk pembuatan Asap Cair dan Briket” begitu judul penelitiannya.
Menurut Mappiratu, secara teknis sebenarnya pembuatan asap cair ini tak begitu sulit. Hanya saja membutuhkan sedikit ketelitian dan beberapa alat yang dibutuhkan.
Tentang cara pembuatannya, Mappiratu menjelaskan “sabut kelapa dimasukkan ke dalam destilator (alat pemanas/semacam tangki dari logam), kemudian kita bakar, lalu asap yang keluar dari hasil pembakaran itu ditampung dengan teknis tersendiri (seperi proses penyulingan) sehingga asapnya menjadi cair” terangnya. “nah itulah namanya asap cair” tambahnya lagi. Sementara untuk waktu pengerjaannya juga tidak terlalu lama. “satu sampai dua jam sudah bisa menghasilkan asap cair” jelasnya. Menurutnya secara teori, untuk satu destilator unkuran 200 liter, dapat menghasilkan 1 liter asap cair.
Masih menurut dosen Fakultas MIPA UNTAD ini, jika kita ingin memanfaatkan arang dari sisa pembakaran itu, kita harus membakarnya dengan mengatur udara dalam destilator sehingga sabut yang dibakar dapat menjadi arang, bukan menjadi debu” ungkapnya. “setelah itu, kita akan carikan bahan perekat semacam lem untuk merekatkan arang-arang tersebut sehingga dapat menjadi briket”. kata Mappiratu. “untuk bahan perekat itu, kita bisa gunakan terigu, tapioka atau sagu” kata mappiratu. Sementara mengenai bentuk, terserah kita. Mau model segi tiga , bundar atau segi empat. Terserah kita” tambahnya lagi. Untuk
“Karena pembiayaan penelitian ini masih dalam proses, maka kita akan menunggu hasilnya nanti setelah diujicobakan”. Kata Mappiratu

Ia berharap penelitian ini dapat digunakan di masyarakat, sehingga krisis BBM dan bahaya bahan pengawet pada makanan dapat terhindarkan. “tentunya saya berharap agar hal ini dapat dimanfaatkan masyarakat dengan membuka usaha kecil atau home industy dalam menyiasati persoalan ekonominya. Ungkapnya ***Sahril

0 komentar: