Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Linkunggavali Mrantale; Primadona Wisata Tebing Alam

Written By riluation on Selasa, 17 Maret 2009 | 02.37

Palu- Cukup banyak tebing alam yang ada di sulawesi tengah, namun tak begitu banyak yang bisa dimanfaatkan untuk lokasi olah raga alam bebas. Di pantai timur, tepatnya di Desa Marantale, Kecamatan Ampobabao, Kabupaten Parigi Moutong. Ada sebuah tebing alam yang cukup layak untuk lokasi panjat tebing.

Sejak tebing alam tersebut dibuka pada awal september tahun 2000, sudah cukup banyak warga yang berkunjung, baik melakukan aksi pemanjatan atau hanya sekedar berekresi untuk merasakan suasana alam yang sejuk dan damai.

Selain lokasinya mudah dijangkau, tebing alam likunggavali menyimpan banyak sarana pendukung yang bisa menenangkan suasana hati para pengunjung.

Jika anda dari Palu, anda akan menempuh perjalanan dengn kederaan roda bermotor, dalam waktu kurang lebih satu setengah jam saja. Setelah melintasi lika liku jalan poros kebun kopi, anda akan tiba di persimpangan jalan Desa Toboli. Di sana, anda harus memilih arah utara.

Dengan suguhan pemandangan pantai teluk tomini di sisi kanan jalan. Maka kurang lebih 15 menit anda akan tiba di desa Marantale.

Dari poros jalan trans sulawesi desa Marantale, jaraknya hanya berkisar 400 meter saja kearah barat. Melangkah kurang lebih 5 menit dengan kondisi jalan sedikit mendaki anda akan sampai di lokasi. Namun jika tak ingin kecapean, perjalanan juga bisa ditempuh dengan kenderaan bermotor. Perjalanan singkat itu akan melewati pohon-pohon kelapa warga, yang sudah berumur puluhan tahun.

Setelah perjalanan singkat itu, anda akan disambut sebuah sungai kecil dengan air jernih dan bebatuan yang terhampar di permukaan sungai. Melalui batu-batu itu, anda bisa saja sedikit berolah raga dengan cara melompat dari batu satu ke batu yang lain, untuk menyebrangi sungai.

Dari situlah anda bisa melayangkan pandangan ke arah utara, dan seketika mata anda akan disuguhkan gugusan batu yang membentuk tebing. Nah, itulah tebing alam Likunggavali yang begitu menantang bagi para penggiat olah raga alam bebas, seperti panjat tebing.

Jika anda adalah seorang pemanjat tebing, maka sudah pasti adrenalin anda akan terpacu dan perasaan penasaran pun akan meluap. Naluri pemanjat anda pun akan teruji dengan cadansya bebatuan granit setinggi kurang lebih 80 meter itu.
Dibagian bawah tebing, melintas sebuah sungai kecil dengan air yang cukup jernih dan bisa dijadikan tempat beristirahat, untuk melepas lelah setelah beberapa menit berjalan.

Tebing yang tak asing lagi bagi para atlit panjat Sulawesi Tengah tersebut, tersusun atas gugusan-gugusan batu granit. Sehingga untuk dijadikan arena panjat tebing, lokasi ini sangat representatif.

Hingga saat ini, sudah ada 12 jalur pemnjatan yang telah dibuat oleh para pemanjat lokal maupun kelas dunia.

Sudirman, salah seorang pemanjat asal Parigi mengatakan, ia sudah mengenal tebing alam Likunggavali sejak pertama kali tebing itu dibuka. Pengalaman panjatnya di tebing alam pun dimualinya di tebing tersebut.

“Dulu, kalau tidak salah tahun 2000, kami coba bersama teman-teman untuk membuka tebing itu. Pertama kali kami masih gunakan tali tambang biasa, yang digunakan orang untuk menarik bantalan atau untuk menebang pohon. Kita mulai manjat dari belakang tebing, kemudian kita tambatkan tali di batang pohon, dan menjatuhkannya. Dengan menggunakan tali itulah kami memulai pembukaan jalur,” jelas sudirman Sudirman mengisahkan.

Sementara untuk lokasi perkemahan, ada sekitar kurang lebih 30 meter persegi, tanah datar dipinggir sungai. Dibawah rerimbunan tanaman kakao warga, sering kali para pengunjung mendirikan tenda untuk nginap, semalam atau hingga berhari-hari, tergantung perencanaan saja.

Melihat tebing alam Likunggavali yang begitu berpotensi, pemerintah daerah Kabupaten Parigi Moutong pun tertarik untuk pengembangannya.

Sebagai salah satu objek wisata yang dikembangkan oleh Dinas Pariwisata Pemkab Parigi Moutong, sejak 2008 silam, Dinas Pariwisata membangun sebuah baruga, untuk tempat peristirahatan. Sehingga bagi pengunjung yang ingin bermalam, namun tak mempunyai alat camping yang memadai, bisa menggunakan baruga tersebut untuk tempat bermalam.
Untuk lebih strategis dan penuh pertimbangan estetika, baruga dengan ukuran delapan kali enam meter itu, dibangun di teras sebuah bukit, yang persis berhadapan dengan teras tebing.

Dari baruga tersebut, para pemanjat dapat dilihat dengan mata telanjang, meskipun sedikit kurang jelas. Namun jika anda menggunakan teropong, anda bisa melihatnya menyaksikan aksi menantang para pemanjat dengan jelas, sambil memperhatikan kountur-kountur batu yang siap menantang para pemanjat.

Selain tebing alam, anda juga dapat menikmati suasana asri di air terjun, yang terletak tak begitu jauh dari lokasi tebing. Hanya kurang lebih 1 menit dengan perjalanan sedikit menanjak, anda akan sampai pada sejatinya nama lokasi itu, yakni Likunggavali. Dalam bahasa setempat, likunggavali berarti kubangan batu yang menampung air dan menyerupai wajan. Jadi, bentuknya itu seperti kolam kecil, yang bisa memanjakan satu hingga empat orang yang mandi sambil berendam.

Pada tahun 2008 silam, pernah dilaksanakan sebuah pesta panjat dengan menghadirkan pemanjat nasional dari berbagai daerah. Oleh kelompok mahasiswa pecinta alam asal Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako (Untad) dan Pemda Parigi Moutong, para pemanjat diberi kesempatan untuk membuka jalur pemanjatan baru dan menikmati tantangan tebing alam tersebut.

Nah, jika anda adalah seorang petualang, yang punya hobi dengan kegiatan-kegian alam bebas menantang, maka wisata tebing alam Likunggavali Marantale bisa menjadi salah satu alternatif untuk menuangkan segala ekpsresi petualangan anda.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

jenis bebatuan apa yach yang ada di tebing marantaleeee...?