Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Kisah Guru Madin Al Ullah Alkhairaat Kulawi Tetap bertahan Bermodalkan Ikhlas

Written By riluation on Senin, 07 September 2009 | 10.36

Wajahnya tenang. Sosoknya sangat sederhana dan tak banyak neko-neko. Laki-laki itu kelahiran Kulawi. Sejak menyelesaikan studinya di Madrasah Aliyah Negeri, ia kemudian mengabdikan diri untuk umat dengan menjadi guru.

Laki-laki itu kemudan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Alkhairaat du Kulawi, daerah yang mayoritas Kristiani. Itu dilakukannya, karena ia berpendapat bahwa sangat mengangumi kerja dan perjuangan Habib Idrus bin Salim Aljufri atau yang dikenal dengan nama Guru Tua. “Sosok Guru Tua sudah terejawantahkan dalam diri saya,” kata laki-laki itu.

Pria itu bernama Abdul Rahman Razak. Ia membangun Alkhairaat di Kulawi sejak 1976 silam. Dibangunnya madrasah Alkhairaat di Kulawi. Dari situlah awal perjalanan karirnya mengabdikan diri untuk umat melalui Perhimpunan Alkhairaat.

Sebagai putra asli Kulawi, ia merasa tanggungjawabnya dibutuhkan untuk membangun dan membesarkan Pendidikan Agama Islam, di wilayah yang mayoritas penduduknya adalah kaum Nasrani itu.

Sejak menikah pada tahun 1982, ia telah memantapkan pilihan hidup untuk menjadi guru bagi anak-anak di sekolahnya. Meski hanya menjadi guru honorer dan mengabdi di sekolah sore, ia sudah berhasil menghantarkan anak tertuanya menggapai cita-cita, meraih gelar sarjana di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Datokarama Palu.

Membagi waktu antara sekolah, rumah dan kebun, menjadi siklus kehidupan yang sudah puluhan tahun ia jalani. Sebenarnya, bapak beranak tiga ini, adalah keturunan dari keluarga non muslim. Karena jalinan cinta yang diwujudkan dalam pernikahan, akhirnya sang ayah masuk Islam, untuk membangun keluarga yang hidup dalam suasana islami.

“Sebenarnya, kalau garis keturunan bapak saya banyak yang kristen. Bapak saya masuk islam karena kawin sama ibu. Maka dari keturunan bapak saya semuanya islam,” kata Razak

Untuk urusan sekolah, Razak harus membagi waktunya. Pagi di SMP negeri sebagai tenaga honorer, dan sore harinya di Madin Al Ullah (sekolah SD sore), sekolah yang dimana dirinya berperan sebagai guru, sekaligus kepala sekolah. Karena tak ada seorang pun guru di sana, selain Razak.

Dengan bermodalkan bangunan yang terdiri dari tiga ruang kelas, Razak membagi waktunya untuk mengajar selama beberapa jam di sekolah sore itu. Meski tak digaji, ia betah mengabdi hingga usianya yang ke 53 ini.

Bagi Razak, pengabdian kepada Islam dan Alkhairaat, sudah menjadi titah hidupnya. Tak ada keinginan lain yang bisa menyaingi hasratnya untuk berbakti membesarkan pendidikan agama di daerahnya.

Saat disinggung tentang gaji, spontan bibirnya tersungging. Senyuman khasnya pun keluar seolah pertanyaan itu seperti lelucon baginya. Kata Razak, semua yang ada di sekolah itu, baik ia atau anak muridnya, semuanya bermodalkan ikhlas.

“Ya kalau harap gaji ngga mungkin. Saya hanya modal ikhlas saja. Karena saat masih sekolah dulu, saya ingat pesan dari sang guru, kalau benar-benar berbakti untuk Alkhairaat, niscaya ada saja berkahnya. Mengingat Alkhairaat, berarti mengingat guru tua, mengingat guru tua, berarti mengingat nabi, mengingat nabi, berarti mengingat Allah SWT” ungkap Razak kepada media alkhairaat kamis kemarin, di sela waktu pelantikannya.

Atas baktinya itu, wajar jika Razak diberi kepercayaan untuk memimpin kepengurusan cabang Alkhairaat kecamatan Kulawi, untuk satu tahun periode pengurus, oleh Abnaulkhairaat yang ada di Kulawi. (Sahril)

0 komentar: